Rabu, 06 Mei 2009

would you marry me

Anda adalah wanita muda yang menarik, cerdas, dan energik. Memiliki karir yang menjanjikan, sahabat-sahabat yang setia, namun tengah menanti prince charming yang tepat. Anda berharap prince charming itu akan datang melamar anda, bersedia menghabiskan sisa hidupnya dengan anda, memiliki anak-anak yang lucu, hidup yang mapan, and live happily ever after. is this story sound familiar???

Nampaknya cerita-cerita seperti ini masih menjadi impian setiap wanita, entahkah mereka itu wanita metropolis dengan life style yang 24/7, bekerja 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, atau wanita dari golongan socialite, atau wanita yang masih hidup dengan prinsip nrimo, dan yakin bahwa kodrat wanita itu akhirnya kembali ke dapur.

Tapi benarkah ketika prince charming itu datang, hendak menyematkan cincin di jari manis Anda, Anda merasa impian Anda jadi kenyataan. Apakah akhirnya Anda merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia. Atau justru hal ini menambah masalah dalam hidup Anda??

Saya dan sahabat-sahabat saya selalu memiliki mimpi-mimpi konyol tentang pernikahan. Kalau kami mulai stress dengan rutinitas kami, biasanya kami memulai obrolan konyol tentang pernikahan yang tidak pernah ada habisnya untuk dibahas. kami menyebutnya dengan istilah autis, karena ketika kami mulai membicarakan hal ini, kami seperti anak autis yang memiliki dunia kami sendiri. Siapa yang akan menikah duluan lah, Ingin jadi mantu presiden lah, ingin menikah di uluwatu Bali, sampai meyiapkan nama untuk anak-anak kami nanti. Konyol memang karena kenyataannya kami masih mahasiswi tingkat akhir, sedang stress menyusun skripsi, dan parahnya pacar pun kami belum punya.

Tapi kekonyolan ini akhirnya membuat saya berpikir, take it seriously deep into my mind, ketika salah satu sahabat saya tersebut bercerita bahwa pria yang sedang dekat dengannya saat ini (baca : tidak ada status pacaran diantara mereka) membawanya pada keluarganya dan memintanya secara langsung untuk menikah dengannya, tahun ini juga. Di saat yang sama, pria yang selama ini telah memiliki tempat khusus di hati sahabat saya itu (baca : tidak ada juga status diantara mereka), kembali datang dan membuat seluruh pertahanan yang dibuat runtuh, namun tidak menjanjikan apa-apa.

Jika hal ini terjadi pada Anda, apa yang Anda akan lakukan??Saya rasa ini bukan lagi bicara soal siap atau tidak siap kita menikah, tapi berubah menjadi yakin atau tidak yakin. Pertanyaan saya selanjutnya adalah, yakinkah kita pada pria yang datang melamar kita, bahwa he’s the one, prince charming yang Tuhan berikan buat kita.

Dilematis memang, tapi saya tidak bermaksud membuat Anda bingung. Atau kalau cerita sahabat saya persis seperti yang Anda alami saat ini, saya juga tidak bermaksud membuat Anda ragu. Tapi saya saat ini hanya ingin membuka sedikit mata Anda, para wanita muda yang akan melepas masa lajangnya, baik dalam waktu dekat ini atau pun nanti, bahwa pernikahan tidak hanya soal kesiapan, tapi juga keyakinan bahwa bersama dia-lah kita akan menghabiskan sisa hidup kita. Bersama dia-lah kita akan berbagi hidup, berbagi mimpi, buka mata tutup mata, tarik napas keluar napas kita habiskan bersamanya. Demi dia kita rela meninggalkan keluarga kita, demi dia kita rela melepaskan karir yang menjanjikan, dan demi dia juga kita rela melupakan mimpi-mimpi kita dan kembali menata mimpi yang baru bersamanya.

Hingga saat ini saya masih bertanya, Bagaimana caranya kita bisa yakin bahwa pria yang datang melamar kita itu adalah the one and only yang Tuhan berikan. Mungkin ini sedikit pelajaran yang dapat saya ambil dari kisah sahabat saya tadi, dan semoga saja bisa juga sedikit membuka pikiran Anda. first, saya yakin ketika seseorang itu datang dan bertanya would you marry me hati anda sudah tahu jawabannya. Masalahnya, apakah Anda mau mendengarkan suara hati Anda atau tidak. second, tubuh kita sebenarnya akan memberikan sinyal-sinyal tertentu untuk mengambil keputusan. Jadi belajarlah peka pada sinyal tubuh Anda. last but not least, hati-hati dengan apa pun yang kita ucapkan. Kita tidak akan pernah tahu kan apa yang akan terjadi besok, jadi kalau ternyata ucapan-ucapan konyol kita jadi kenyataan, tawa miris lah yang tersisa.

Tha

090309...inspired by my best friend’s life

1 komentar:

  1. wowwwww, dua pipi gw tertampar nihhh.mantaaapp...
    gw yakin gw emang belum siap nikah mith :)
    whoooopeeee :)

    BalasHapus